Modal Asing dalam Pembangunan
Kesejahteraan bangsa yang diidamkan akan terwujud dengan meningkatkan 
kualitas hidup melalui pembangunan di segala bidang khususnya di bidang 
ekonomi. Pembangunan membutuhkan modal, ketrampilan dan teknologi. 
Idealnya, pemenuhan kebutuhan pembangunan ini dapat disediakan melalui 
sumber dalam negeri. Kenyataannya, akumulasi modal dalam negeri masih 
belum efektif dan efisien, tingkat tabungan masyarakat masih rendah, 
demikian pula ketrampilan serta penguasaan teknologi masih belum memadai
 untuk menunjang proses pembangunan yang diharapkan. Modal, berikut 
skill dan teknologi merupakan conditio sine quanon bagi proses 
pembangunan.
Penanaman modal asing (PMA) menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan 
modal pembangunan. Di Indonesia, PMA diatur dalam Undang-undang 
Penanaman Modal Asing (UUPMA) yang merupakan landasan hukum mengalirnya 
PMA ke Indonesia. Sejalan dengan perubahan keadaan sosial, politik dan 
ekonomi, diperlukan pula peraturan PMA yang mampu mempercepat 
perkembangan ekonomi nasional dalam mendorong tercapainya sasaran 
pembangunan ekonomi nasional
Motivasi Negara Donor
Bagi Negara donor, pemberian bantuan akan memperkuat ikatan keuangan 
antara Negara donor dengan penerima bantuan. Dengan kata lain, di 
satusisi bantuan luar negri dapat mempercepat bantuan, di sisi lain juga
 menimbulkan dampak perluasan permintaan barang dan jasa dari Negara 
pendonor. Dari sudut kepentingan politik dan geostategik nampaknya tidak
 perlu diragukan. Ini terlihat, misalnya bantuan pangan dan kerjasama 
ekonomi amerka serikat merupakan bagian integraldan tidak terpisahkan 
dengan kebijakan luar negerinya.
Tangung jawab moral Negara kaya kepada Negara miskin diladasi premis 
bahwa interdepedensi ekonomi dan politik internasional berarti 
memperluas keadilan social dari lingkup nasional ke internasional. Ini 
tercermin dari bantuan kepada Negara berebang yang harus ditujukan untuk
 memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) bagi sebagian besar rakyatnya, 
yang pada gilirannya diharapkan dapat mengangkat merekadari jurang 
kemiskinan.
Sumber-sumber pembiayaan Pembangunan Indonesia
Ekspor
Sebagian penganut system ekonomi terbuka, lalu lintas perdagangan 
Internasional berperan penting dalam perekonomian dan pembangunan di 
Indonesia. Seberapa jauh peran perdagangan luar negri terlihat dari 
rasio antara ekspor di tambah impor terhadap PDB, yang hanya 19,6%pada 
tahun 1969 menjadi 42,7% pada tahun 1984 sementara peranan ekspor 
terhadap PDB melonjak dari 10,2% pada tahun 1969menjadi 26,1% pada 
tahun1984.
Pada dasawarsa 1970-an, ekspor non-migas merupakan sumber utama 
penerimaan devisa Indonesia, yang menyumbang hamper 80% dari penerimaan 
ekspor. Adanya lonjakan minyak yang pertama tahun 1974, telah mengubah 
profil ekspor secara drastis. Meskipun ekspor non-migas meningkat dua 
kali lipat nilainya selama 1971-1975, pangsanya dalam total ekspor 
menurun menjadi sekitar 25%. Sejak itu, situasi ekonomi Indonesia dan 
prospeknya demikian terikat dengan perkembangan pasar minyak. Peran 
migas sebagai sumber penerimaan Negara berlangsung hingga tahun 1981. 
setelah 1981 kontribusi migas mulai menurun hingga tahun 1985 menjadi 
68.8% dari total ekspor. Di lain pihak, peranan ekspor non-migas kembali
 meningkat akaibat menurunnya harga minyak dan volume produksi. Pada 
tahun 1985, ekspor non-migas meningkat lebih dari 31% dari total 
penerimaan ekspor.
Bantuan Luar Negeri
Ditinjau dari macamnya, bantuan luar negeri yang masuk ke indonesia berupa:
Pertama, bantuan program yang terdiri atas bantuan devisa kredit dan 
bantuan pangan. Penjualan devisa serta komoditi pangan dan non-pangan 
yang dari bantuan program dipergunakan untuk mencapai sasaran 
stabilisasi ekonomi jangka pendek, baik untuk mengendalikan inflasi 
maupun stabilisasi kurs rupiah.hasil penjualan tersebut setelah 
dikurangi biayai pemasaran, merupakan penerimaan pemerintah dari bantuan
 program.
Kedua, bantuan proyek dengan syarat-syarat pelunasan yang lunak 
digunakan untuk pembiayaan berbagai proyek prasana di bidang ekonomi dan
 sosial. Sebagiandari bantuan proyek ini merupakan jasa konsultan dan 
tenaga teknisi yang membantu merencanakan dan meleksanakan pembangunan 
proyek.
Ketiga, pinjaman setengah lunak dan komersial , termasuk didalamnya kredit ekspor.
Keempat, pinjaman tunai berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dari kelompok bank.
Pinjaman Luar Negeri dianggap dapat bermanfaat karena menambah sumber 
dana dan menutupi kesenjangan antara investasi dan tabungan (I-S Gap), 
sehingga jika tidak dimanfaatkan berarti ada kesempatan yang hilang. Di 
sisi lain, PLN dapat juga tidak bermanfaat karena hanya merupakan 
substitusi mobilisasi dana dalam negeri, dan stok PLN yang besar dapat 
menjadikan ekonomi rentan terhadap gejolak perekonomian global. Faktor 
yang terakhir ini menimbulkan pemikiran untuk menghentikan atau 
mengurangi PLN secara bertahap. Di sini terlihat adanya pilihan diantara
 kesempatan yang hilang dan kemungkinan resiko krisis ekonomi.
Investasi Asing (PMA)
Selama periode yang diamati, indonesia telah menjadi importir modal. 
Arus masuk modal asing (net capital inflows) meningkat dari hampir 300 
juta dolar AS per tahun pada akhir 1960-an hinga lebih dari 13 miliar 
dolar AS pada tahun 1984. hanta terjadi satu kali arus modal keluar (net
 capital outflow) pada tahun 1975 seiring dengan adanya krisis 
Pertamina. PMA tercatat sedikit diatas 10% dari arus total, namun dalam 
bebedrapa tahun, terutama awal pelita I, pangsanya hampir 1/3 dari arus 
total. Umumnya, porsi terbesar PMA dia lokasikan di sektor pertambangan 
dan minyak, sedang peringkat ke 2 di sektor manufaktur (Hill, 1988:81). 
Selama periode 1967-1985, sektor migas menerima 78% dari investasi 
total, sementara di sektor manufaktur hampir mencapai 20%. Investasi di 
sektor pertanian dan jasa relatif sabgat kecil karena dibatasi kiprah 
modal asing di sektor ini.
Tabungan Domestik
Tabungan domestik diperoleh dari sektor pemerintah dan sektor 
masyarakat. Tabungan pemerintah yang dimaksud adalah tabungan pemerintah
 dalam APBN, yang merupakan selisih anatara penerimaan dalam negeri 
dengan pengeluaran rutin. Tabungan masyarakat merupakan akumulasi dari 
Tabanas, Taska dan deposito berjangka. Tabungan ini dibutuhkan untuk 
membiayai investasi.










